Mendidik anak disamping dengan contoh juga dengan kata-kata, bisa dengan
perintah, nasehat, arahan dll. namun sayangnya niat kita tidak selalu
disambut oleh sang anak yang lebih memilih dengan kesenangan mereka
sendiri. Kadang kita sering kesal sendiri karena anak tidak mau
mendengarkan kita, yang ujung-ujungnya kita menjadi emosi dan memarahi
sang anak. Tetapi dengan tips dibawah ini mungkin bisa membuat pekerjaan
mendidik anak kita lebih efektif, dengan cara-cara yang sederhana,
tentu kuncinya adalah sabar.
tips supaya anak bisa mendengarkan orang tuanya:
1. Jalinlah Kontak Langsung dengan anak
Sebelum kita menasehati anak lakukanlah dengan terlebih dahulu menjalin
kontak dengan anak, jongkoklah sehingga terjadi kontak mata sejajar agar
kita mendapatkan perhatiannya. Ajari anak bagaimana harus fokus: "
Sini, liat mata mama' atau "
Coba mana telinganya." Lakukan
hal yang sama ketika kita mendengarkan mereka. Tetapi jangan melakukan
kontak mata terlalu tajam yang bisa dipersepsikan oleh anak sebagai
suatu langkah mengendalikan bukan menghubungkan.
2. Panggillah Anak dengan nama mereka
Sebutlah nama anak kita ketika kita meminta sesuatu kepada anak, "Budi, tolongin mama sebentar.."
3. Gunakanlah perintah yang singkat kepada anak.
Gunakanlah perintah yang singkat dengan meletakkan inti perintah kita di
kalimat pembuka. Semakin kita melantur (ngomel) anak akan semakin tidak
mendengarkan. Terlalu banyak bicara adalah kesalahan yang sangat umum
ketika kita membicarakan suatu masalah. Hal ini akan memberi kesan pada
anak bahwa kita tidak yakin dari apa yang ingin kita katakan. Dan kita
pun semakin melantur.
4. Sederhana
Gunakan kalimat-kalimat pendek dengan satu suku kata. Perhatikan
bagaimana anak kita berkomunikasi dengan satu sama lain, Bila anak Anda
terlihat tidak tertarik, kita tidak lagi dimengerti dan didengar oleh
anak.
5. Mintalah anak untuk mengulangi perintah kita
Jika anak tidak bisa, periksa mungkin perintah kita terlalu panjang atau rumit
6. Lakukanlah Penawaran yang anak tidak bisa menolak
Misalnya kita bisa memberikan perintah: ‘Ayo buruan pake bajunya, nanti
abis ini kita main keluar'. Jadi kita memberikan perintah yang
beralasan, yang menguntungkan dan yang memang mereka inginkan. Daripada
kita sekedar memerintahkan untuk pakai baju maka dia akan cenderung
untuk menolak.
7. Gunakan kalimat positif
Hidarilah kata 'JANGAN'. Misalnya "
Eh jangan lari-larian!". Cobalah dengan kata dengan:
‘Kalau di dalam rumah kita jalan, tapi kalau di luar rumah boleh lari.'
8. Gunakan kalimat perintah dengan “Saya ingin”.
Misalnya untuk mengatakan ‘Turun!’, gantilah dengan kalimat: ‘Mama
pengen kamu turun’. Atau, ‘Sekarang giliran Nina!, cobalah dengan
kalimat: ‘Sekarang mama pengen adek gantian ya dengan Nisa". Cara
seperti ini cocok untuk anak-anak yang ingin menyenangkan orang tapi
tidak suka diperintah. Dengan mengatakan, ‘Mama pengen,’ kita memberi
pengertian kepatuhan bukan hanya diperintah.
9. "Jika..Lalu."
‘Abis Dede' gosok gigi, tar mama bacain cerita ya".
‘Kalo PR nya udah selesai, abis itu boleh nonton. Kata ‘setelah’
menyatakan bahwa kita mengharapkan ‘kepatuhan’, lebih efektik
dibandingkan kata ‘jika/kalau' yang menunjukkan adanya pilihan dalam
diri anak padahal kita tidak memberikan pilihan.
10. Jangan langsung Perintah (kaki dulu baru mulut)
Jangan langsung perintah tetapi hampirilah dahulu anak kita sebelum kita
menggunakan mulut untuk memerintah. Misalnya untuk perintah "Matiin TV
nya, waktunya shalat". Hampirilah terlebih dahulu anak kita di ruang tv
nya, ikut nonton sebentar beberapa menit, setelah jeda iklan, suruh
anak untuk mematikan tv. Menghampiri anak menandakan kita serius tentang
permintaan kita, dibandingkan hanya dengan memerintah dari jauh.
11. Berikan Pilihan
"Mau Mandi dulu apa sikat gigi dulu?' 'Pakai baju biru apa merah?"
12. Berbicara sesuai perkembangan anak
Semakin muda anak kita, maka arahan kita harus semakin pendek dan
sederhana. Pertimbangkan tingkat pemahaman anak kita. Misalnya suatu
kesalahan yang terjadi adalah ketika kita bertanya kepada anak umur tiga
tahun dengan menanyakan "Kenapa kamu lakukan itu? suatu pertanyaan yang
orang dewasa pun belum tentu bisa memberikan jawaban. Cobalah dengan
bertanya, "Coba mama mau denger dede ngapain tadi?
13. Berbicara dengan sopan
Anak 2 tahun pun bisa diajari "minta tolong". Ajarkanlah anak untuk
bersikap sopan. Jangan sampai anak menganggap bahwa sopan santun itu
sebuah opsional. Berbicaralah kepada anak dengan cara yang sama
sebagaimana yang juga kita harapkan dari mereka.
13. Berbicara dengan memperhatikan psikologi yang benar
Bentuk-bentuk ancaman dan menghakimi cenderung akan menempatkan anak
pada posisi defensif. Kata "Kau" akan membuat anak bungkam. Sebaliknya
kata "Aku" mengandung hal yang tidak menuduh. Sebaiknya daripada
menggunakan "Kamu sebaiknya kerjain ini... atau " Kamu harus.. lebih
baik katakanlah "Saya ingin..." atau "Saya seneng kalau kamu..". Atau
daripada mengucapkan "Kamu harus membersihkan meja" tetapi katakanlah
"Saya ingin kamu membersihkan meja". Jangan pula menawarkan pertanyaan
ketika jawaban negatif bukan pilihan, "Maukah kamu mengambilkan baju?.
Katakan saja. "tolong angkat mainannya".
15. Berbicara dengan Tulisan
Mengingatkan anak bisa dianggap sebagai omelan bagi anak-anak. Khususnya
bagi anak-anak remaja yang bisa menganggap mereka seakan-seakan seperti
'budak' yang terus diperintah-perintah. Cobalah mengingatkan dengan
cara lain yaitu berbicara tanpa bersuara misalnya dengan tulisan di
secarik kertas, tinggalkan pesan yang sedikit lucu pada anak, kemudian
kita kembali pada aktifitas kita.
16. Bicara dengan pelan
Ketika anak marah, semakin mereka berteriak maka maka kita harus semakin
kalem. Biarkan anak berteriak dan tanggapi dengan 'ya mama mengerti"
atau "mana yang bisa dibantu?". Kadang-kadang hanya dengan menjadi
pendengar yang baik hal itu bisa meredakan keributan. Jika kita
menanggapi dengan cara yang sama, maka kita akan mengahadapi dua amukan.
Jadilah orang dewasa untuk mereka.
17. Tetap menjadi pendengar
Sebelum memberi arahan pada anak, seimbangkanlah dulu emosi kita. Jika
tidak maka kita akan membuang-buang waktu energi kita. Kita tidak akan
didengar oleh anak ketika anak dalam emosi yang tidak baik.
18 Ulangi terus arahan kita
Anak perlu diberitahu seribu kali. Anak di bawah dua tahun kesulitan
untuk menangkap arahan kita. Kebanyakan anak tiga tahun mulai bisa
menyerap arahan kita sehingga apa yang kita perintahkan mulai bisa
diserap. Tetapi ketika anak sudah menginjak lebih dewasa kurangilah
intensitas perintah dan berulang-ulang, hal itu akan dianggap sebagai
omelan.
19 Biarkan anak berpikir sendiri
Daripada mengatakan "Jangan sampai mainanmu ini sampai menumpuk",
cobalah katakan, "Adek, coba inget-inget dimana adek menyimpan
mobil-mobilannya. Membiarkan anak berpikir sendiri akan menciptakan
pelajaran yang lebih baik.
20. Gunakan perintah dalam bentuk sajak
Misalnya: Bangun tidur ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi dst... dll.
21. Berikan Pilihan yang disukai
"Adek jangan main ke jalan, mainnya ke ayunan aja ya"
22. Berikan kalimat khusus
"Adek mau tidur dulu, bilang ‘bye-bye’ ke mainanmu, ‘bye-bye’ ke teman-temanmu.’
23. Gunakan pertanyaan yang menarik untuk anak yang bungkam
Pilihlah kalimat yang tepat untuk anak yang pikiran dan mulutnya sedang
tertutup. Pilih hal yang membuat anak kita antusias, ajukan pertanyaan
yang jawabannya tidak sekedar ya, buatlah yang lebih spesifik. Misalnya:
"Seneng ga tadi di sekolah? cobalah dengan menanyakan "Apa aja tadi
yang menyenangkan di sekolah?
24. Gunakan rumus “Ketika… saya merasa... karena"
Contoh, ‘Aduh Adek tau ga, pas adek tadi lari ke luar, Mama takut banget, khawatir karena tadi banyak banget mobil.
25. Perlu ketegasan perintah
Jika benar-benar ada hal yang tidak bisa didiskusikan lagi, katakan
dengan tegas pada anak. Mama ga akan mengulangi lagi perintahnya, maaf/
kita akan menghemat energi dan emsi kita. begitu juga dengan anak kita.
Semoga Bermanfaat Bagi Pembaca Blog ini