Deteksi dini gizi buruk adalah kegiatan untuk menemukan
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita sebelum terjadinya
kasus gizi buruk.. Posyandu adalah salah satu ujung tombak masyarakat dalam
mendeteksi gizi buruk dengan cara melakukan kegiatan menimbang, Permasalahan
yang dihadapi posyandu saat ini adalah kurangnya sarana yang terdapat di
posyandu untuk kegiatan menimbang terutama permasalahan pada alat yang
digunakan dan sistem informasi yang belum berjalan tepat dan cepat mulai dari posyandu
hingga masyarakat. Proyek akhir ini dibuat untuk membantu posyandu dalam
mendeteksi gizi buruk dengan cara membuat alat otomatis yang terdiri dari
sensor SRF04 untuk mengukur tinggi, load cell untuk timbangan, dan
mikrokontroller untuk pengolahan data dari sensor.
Kemudian mikrokonroller menampilkan hasil berat dan tinggi
badan ke LCD. Alat dengan ketelitian 1 cm dan 100 gram ini juga dapat
menampilkan hasil penimbagan posyandu di internet dan menentukan status gizi
balita menggunakan pemrograman PHP dan komunikasi serial PHP untuk mengirimkan
data dari alat ke internet. Sehingga informasi hasil penimbangan di posyandu
dan informasi status gizi pada internet dapat membantu dalam memantau
pertumbuhan gizi balita secara dini.
3.1.2 Upaya
Meningkatkan Kualitas Balita Dengan Vitamin A
Kekurangan,vitamin A di kalangan balita tidak dapat lagi
dianggap remeh karena bukan hanya menyebabkan kebutaan permanen, tetapi juga
meningkatkan risiko kematian yang disebabkan oleh menurunnya daya tahan tubuh
terhadap infeksi.
Fungsi vitamin A dalam tubuh seperti katalis yang memperkuat
sel-sel dalam tubuh. Anak yang kekurangan vitamin A (KVA) mudah terkena
penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia dan akhirnya
kematian.
Sekitar 20 juta anak balita (bawah lima
tahun) seluruh Indonesia
mendapat suplemen Vitamin A dosis tinggi yang didistribusikan secara cuma-cuma
sepanjang Agustus nanti
Upaya penanggulangan KVA di Indonesia, terutama bagi balita
usia 6-59 bulan, dilakukan Depkes bekerja sama dengan HKI. Strategi
penanggulangan yang hingga kini dilakukan dengan cara pemberian kapsul vitamin
A dosis tinggi pada balita dan ibu nifas.
Balita diberikan dua kali setahun, yaitu setiap Februari dan
Agustus dengan dosis vitamin A 100.000 IU untuk anak usia 6-11 bulan. Dan dosis
200.000 IU untuk anak usia 12-59 bulan dan ibu nifas.
Karena itu, kata Menteri Kesehatan Achmad Sujudi, menjelang
distribusi kapsul vitamin A, yaitu Februari dan Agustus, secara rutin setiap
tahun, Depkes bekerja sama dengan HKI mengadakan kampanye kapsul vitamin A.
Buta senja akibat lain yang lebih serius dari kurangnya
mengkomsumsi Vitamin A adalah buta senja dan manifestasi lain dari xeropthalmia
(mata kering), termasuk kerusakan kornea mata dan kebutaan.
Xeropthalmia muncul akibat terjadi kekeringan pada selaput
lendir dan selaput bening kornea mata. Dalam hal ini terjadi kekeringan pada
selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata.
Kekeringan berlarut-larut menyebabkan konjungtiva menebal,
berlipat-lipat, dan berkerut. Pada konjungtiva tampak bercak putih seperti busa
sabun (bercak Bitot).
Selanjutnya, kornea akan melunak dan terjadi luka (tukak kornea).
Jika kornea telah putih atau bola mata mengempis terjadi kebutaan permanen yang
tak bisa dipulihkan lagi.
Dulu ada asumsi bahwa penyakit ini sudah tidak ada lagi di Indonesia. Tapi
fakta berbicara bahwa xerophtalmia masih bisa dikatakan sebagai momok
mengerikan bagi anak balita.
Pada 1978-1980 Depkes, HKI, dan RS Mata Cicendo, Bandung
mengadakan survei ihwal gangguan mata akibat kekurangan vitamin A. Didapat
hasil bahwa prevalensi xerophtalmia status X1B sebanyak 1,2 persen, dan status
X2 atau X3 sebanyak 9,8 persen per sepuluh ribu. Dari sini tergambar bahwa
problem ini tergolong masalah kesehatan masyarakat.
Survei yang dilakukan kembali pada 1992 di 15 provinsi Indonesia
mengungkapkan penurunan yang cukup lumayan. Prevalensi status X1B tinggal 0,33
persen. Dan tipe X2 dan X3 menjadi 0,5 per 10.000. Namun bukan berarti Indonesia
terbebas dari penyakit mengerikan ini.
Siti Halati, Manajer Program HKI untuk vitamin A menambahkan
xerophtalmia merupakan suatu tahap lanjutan akibat kekurangan vitamin A setelah
seorang anak mengalami tahap seperti diare, kista, anemia, gangguan
pertumbuhan.
Ini diawali dengan kondisi kekurangan gizi yang dibiarkan
saja. Xerophtalmia sendiri bisa berakibat kebutaan kalau tak mendapat
pengobatan. Seorang anak yang mendapat asupan vitamin A cukup, kalau terganggu
kesehatannya hanya akan mengalami penyakit yang tidak terlalu berbahaya. Demam,
cacar dan sebagainya bisa sembuh dalam waktu singkat.
Sedangkan anak yang mendapat asupan vitamin A berstatus
marjinal cenderung mengidap suatu penyakit lebih lama dan berat. Dan pada anak
yang memiliki status asupan vitamin A buruk, bisa terancam kebutaan dan bahkan kematian.
Survei pada 1992 itu juga menunjukkan 10 juta balita di Indonesia
dinyatakan kekurangan vitamin A. Menurut Direktur HKI untuk Program Vitamin A
Amy Rice, biasanya survei sejenis dilakukan setiap sepuluh tahun sekali. Baik
Depkes maupun HKI belun pernah memperbaharui data tersebut. Tetapi angka
kekurangan vitamin A dapat dimonitor dari angka kecukupan vitamin A melalui
pola makan sehari-hari.
Krisis moneter di Indonesia yang diikuti dengan
kenaikan harga bahan makanan menyebabkan semakin banyak keluarga yang tidak
mampu menyediakan makanan dengan nilai kandungan Vitamin A yang cukup.
Hasil penelitian HKI tentang Kecukupan Gizi Balita 1999
memperlihatkan 50 persen atau hampir 10 juta balita Indonesia tidak mendapatkan
makanan yang cukup kandungan vitamin A nya, kata Amy dengan menambahkan keadaan
seperti itu ditemui di daerah perkotaan maupun pedesaan.
Mengubah pola makan hal penting yang perlu diketahui adalah
suplementasi vitamin dan mineral tidak bisa untuk mengganti makanan pokok.
Sepertinya pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi tersebut hanya memecahkan
persoalan secara sementara saja sehingga usaha pencegahan harus menyertakan usaha
untuk mengubah pola makan.
Menurut Riza, suplementasi vitamin A (kapsul biru untuk bayi
berusia enam sampai 11 bulan dan kapsul merah untuk Balita berusia 12-59 bulan)
dapat memenuhi kebutuhan vitamin A untuk masa empat bulan saja sehingga
kebutuhan untuk dua bulan ke depannya harus dipenuhi lewat pola makan yang
sehat.
bulan dan kapsul merah untuk balita berusia 12-59 bulan) dapat memenuhi
kebutuhan vitamin A untuk masa empat bulan saja sehingga kebutuhan untuk dua
bulan ke depannya harus dipenuhi lewat pola makan yang sehat.
Vitamin A terdapat dalam bentuk preformed vitamine A
(retinol) pada makanan hewani dan provitamin A (karoten) pada makanan nabati
(sayuran hijau dan buah berwarna kuning).
Angka kecukupan vitamin untuk balita adalah 350 re (retinol
equivalent) per hari. Kebutuhan 350 re itu setara dengan mengomsumsi tiga
butir telur ayam atau 250 gram sayur bayam per hari.
Sumber vitamin A ditemukan dalam sayuran yang relatif murah
dan banyak ditemui di pasar yang berdaun hijau seperti kangkung, bayam dan daun
singkong dan buah-buahan berwarna oranye tua seperti mangga, pepaya dan wortel.
Vitamin A juga banyak ditemukan dalam susu, daging, hati dan telur.
Selain itu sejumlah produsen makanan seperti mi instan dan
susu bubuk telah memfortifikasi produk mereka dengan vitamin A sehingga dapat
menjadi sumber makanan kaya vitamin A yang baik.
Vitamin A dosis tinggi untuk mencegah kebutaan hanya bisa
didapatkan melalui posyandu .
3.1.3 Pemberian Imunisasi
Imunisasi
adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah
atau berbahaya bagi balita atau seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun
yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi
biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh
mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan
penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi
harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang
sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.
Tujuan
dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka
penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari
dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus,
batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.
Macam-macam
atau jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi pasif yang merupakan
kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit dan imunisasi aktif di mana
kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah
dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit
yang sama baik yang lemah maupun yang kuat.
Teknik
atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau
bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik,
minum atau telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh
akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi.
Antibodi itu umnya bisa terus ada di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi
untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang.
3.2 Kendala Pelayanan Posyandu
Alasan Masyarakat Tidak Mau Datang Ke Posyandu
a. Kurangnya sarana yang terdapat di posyandu.
b. Kurangnya atau tidak tenaga ahli yang propesional
(dokter).
c. Tidak tersedianya obat-obatan secara keseluruhan
apabila ada balita sakit keras.
d. Kader yang jumlahnya terbatas.
e. Ke tidak aktifannya kader di suatu program.
f. Ditakutkan Dijadikannya mal praktek oleh bidan atau
dokter yang sedang ber tugas.
g. Trauma karena pada balita yang baru diberi imunisasi
mendadak kejang-kejang dan sakit yang menyebkan para ibu trauma oleh karena itu
masyarakat enggan membawa balitanya ke posyandu.
h. Ketidak ramahannya petogas posyandu yang membuat
masyarakat tidak mau dating lagi ke posyandu.
i. Kurangnya ketepatan waktu bagi petugas posyandu
(bidan, kader).
j. Tidak optimalnya peran dan fungsi kader, bidan dalam
melaksanakan pemeriksaan terhadap pengunjung posyandu.
3.3 Peningkatan Balita Melalui
Pelayanan Posyandu
3.3.1 Meningkatkan Jangkauan Pelayanan Melalui
Kegiatan Pelayanan Pada Hari Buka Posyandu Dan Kunjungan Rumah.
a.
Pelayanan
Pada Hari Buka.
Pelayanan posyandu pada
hari buka dilaksanakan dengan menggunakan 5 tahapan layanan yang biasa disebut
system 5 meja. Tanpa mengurangi arti kelompok sasaran yang selama ini dilayani,
yakni 3 (tiga) kelompok rawan yaitu Baduta, Balita, Ibu hamil dan Ibu menyusui,
namun dengan mempertimbangkan terhadap urgensi adanya gangguan gizi yang cukup
bermakna yang pada umumnya melanda anak-anak Bawah Dua Tahun (Baduta) yang bila
tidak diatasi dapat menimbulkan gangguan yang tetap, maka diberikan perhatian
khusus bagi Baduta agar dapat tercakup dalam pemantauan pertumbuhan dan
pelayanan Posyandu.
1)
Jenis pelayanan
yang minimal perlu diberikan kepada anak (balita dan baduta), adalah :
·
Penimbangan
untuk memantau pertumbuhan anak, perhatian harus diberikan secara khusus terhadap anak yang
selama 3 kali penimbangan pertumbuhannya tidak cukup naik sesuai umurnya (lebih
rendah dari 200 gram/bulan) dan anak yang pertumbuhannya berada di bawah garis
merah KMS.
·
Pemberian
Makanan Pendamping ASI dan Vit.A dua kali setahun.
·
Pemberian
PMT untuk anak yang tidak cukup pertumbuhannya (kurang dari 200 gram/bulan) dan
anak yang berat badanya berada dibawah garis merah KMS.
·
Memantau
atau melakukan pelayanan Imunisasi dan tanda-tanda lumpuh layuh.
·
Memantau
kejadian ISPA dan Diare, serta melakukan rujukan bila diperlukan.
2) Paket Pelayanan Pengembangan atau pilihan, adalah
paket layanan yang dapat ditambahkan atau dikembangkan bagi Posyandu yang telah
mapan. Paket kegiatan pilihan ini merupakan perluasan kegiatan Posyandu yang
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat/kelompok sasaran di daerah, yang
meliputi tambahan berbagai program, antara lain :
·
Program
Pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang diintegrasikan Dengan Program Bina
Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain lainnya.
·
Program
Dana Sehat/atau JPKM dan sejenisnya, seperti TABULIN, TABUMAS dan sebagainya.
·
Program
Penyuluhan Penanggulangan penyakit endemis setempat seperti malaria, demam
berdarah dengue (DBD), gondok endemic dan lain-lain.
·
Penyediaan
air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLB).
·
Usaha
Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
·
Program
Diversifikasi Pertanian Tanaman Pamngan.
·
Program
sarana air minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) dan perbaikan lingkungan
pemukiman.
·
Pemanfaatan
pekarangan.
·
Kegiatan
ekonomis produktif, seperti usaha simpan pinjam dan lain-lain.
·
Dan
kegiatan lainnya seperti : TPA, Pengajian, Taman Bermain, Arisan, Peragaan
Teknologi Tepat Guna dan sejenisnya.
3)
Pelayanan
Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
Bagi ibu hamil dan menyusui, pelayanan diberikan oleh
tenaga kesehatan baik oleh Bidan Desa maupun tenaga Kesehatan dari Puskesmas di
Meja V saat Posyandu buka, berupa :
a)
Ibu
hamil
·
Pemeriksaan
kehamilan.
·
Pemberian
makanan tambahan bagi ibu hamil yang mengalami KEK.
·
Pemberian
tablet tambah darah .
·
Penyuluhan
gizi dan kesehatan reproduksi.
b)
Ibu
menyusui
·
Pemberian
Vit. A.
·
Pemberian
Makanan Tambahan.
·
Pelayanan
nifas dan pemberian tablet tambah darah.
·
Penyuluhan
tentang pemenuhan gizi selama menyusui, pemberian ASI eksklusif, perawatan
nifas dan perawatan bayi baru lahir.
·
Pelayanan
KB.
b.
Pelayanan
Dengan Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah
dilakukan oleh kader dan bila perlu didampingi oleh pendamping dari tenaga
kesehatan atau tokoh masyarakat maupun unsur LSM sebelum dan sesudah hari buka
Posyandu.
Kegiatan yang dilakukan dalam kunjungan rumah meliputi
:
1)
Menyampaikan
undangan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka.
2)
Mengadakan
pemutahiran data bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pemetaan keluarga
miskin.
3)
Intensifikasi
penyuluhan gizi dan kesehatan dasar.
4)
Melakukan
tindak lanjut temuan pada hari buka Posyandu dengan pemberian PMT.
5)
Pemantauan
status imunisasi dan lumpuh layuh.
6)
Dengan
dukungan tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat melakukan kampanye pemeriksaan
kehamilan dan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan dari
Puskesmas dan dapat membentuk kegiatan Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak.
Sasaran pelayanan posyandu adalah seluruh masyarakat
diwilayah kerjanya, utamanya Bayi, Anak Balita. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu
nifas dan ibu menyusui dan Pasangan Usia Subur (PUS). Dalam melaksanakan
kegiatanya dilakukan sebulan sekali. Ada
5-6 Kegiatan pelayanan yang ada di Posyandu setiap bulannya yaitu
a.
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak berupa
pelayanan ibu hamil, pelayanan ibu nifas dan ibu menyusui, serta Pelayanan Bayi
dan balita.
b. Keluarga
Berencana dimaksukan agar keluarga mempunyai perencanaan dalam
berketurunan.
c. Imunisasi
dimaksudkan untuk meningkatkan status kekebalan balita terhadap pernyakit yang
mematikan.
d. Gizi
(UPGK) yang lebih dikenal dengan program pemantaun pertumbuhan berat badan
balita yang menggunakan sistem lima
meja (Pendaftaran, Penimbangan, Pencatatan Hasil Penimbangan, konseling dan
Pembagian Paket Pertolongan Gizi). Hasil disamping dapat memberikan gambaran
pertumbuhan balita secara induvidu juga dapat memberikan gambaran pertumbuhan
balita pada tingkat wilayah, yang dapat digunakan sebagai indikator kerawanan
pangan ditingkat rumah tangga.
e. Pencegahan
dan Penanggulangan Diare
f.
Pengobatan kesehatan
Kegiatan-pelayanan di Posyandu ini, semua bersifat tehnis
medis-kesehatan, artinya kedudukan Posyandu terhadap Puskesmas adalah sebagai
penanggung jawab pembangunan kesehatan di wilayah kerja posyandu, hanyalah
sebagai penanggung jawab teknis medis-kesehatan. Puskesmas itu sendiri adalah
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten (kota) yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan pembangunan kesehatan di Kecamatan.
3.3.2 Peningkatan Status Gizi Balita Malalui Palayanan
Posyandu
Peningkatan status
kesehatan dan gizi balita melalui posyandu semakin cepat paningkatanya yaitu
seprti dalam peningatan status gizi balita dimana indeks status menunjukan
peningkatan jumlah balita yang status gizi normal dari 33,8% menjadi 40,7% dan
penurunan jumlah balita yang status gizi buruk dari 4,6% menjadi 3,8%.
Cara peningaktan gizi balita melalui
posyandu dengan cara :
a.
Pemberian makanan tambahan untuk balita setiap
kunjungan posyandu. Makanan tambahan yang biasanya diberikan oleh kader
Posyandu , dari pihak Isuzu Group menambahkan jumlah dan jenis makanan yang
diberikan.
b. Pemantawan setiap bulanya dengan cara di timbang berat
dan tinggi badan balita dengan
mengunakan kartu pedoman seperti:
Rangkaian bantuan yang diberikan Isuzu Group
secara resmi pada tanggal 23 Desember 2009. Diharapkan partisipasi Isuzu Group
dalam program posyandu ini dapat berkontribusi positif untuk meningkatan
kesehatan ibu dan anak atau balita sehingga terwujud visi posyandu.
3.3.3
Cara Mengatasi Penyakit Yang Sering Di
Derita Anak.
a.
Penyakit Batuk
Cara mengatasi
penyakit batuk antara lain :
1)
beri Asi lebih bayak dan lebih sering
2)
beri anak minum air matang yang banyak
3)
pada anak umur 1tahun ke atas beri kecap manis
di cam,pur mady dan air jeruk nipis
4)
bawa anak ke puskesmas jika batuk tidak sembuh
dalam 2hari.
b.
Penyakit Diare
Cara
mengatasi penyakit diare antara lain :
1)
beri asi lebih banyak dan sering
2)
beri anak oralit , air mata dan ait the hijau .
3)
bawa ke pus kesmas jika diare tidak sembuh,
malas minum mata anak cekung anak rewel dan ada darah dalam tinja.
c.
Penykit Demam
Cara
mengatasi penyakit demam dengan cara :
1)
beri asi lebih bayak dan lebih sering
2)
beri anak cairan lebih bayak dari biasa
3)
jangan di beri pakayanb yang tebal atau selimut
tebal
4)
kompres anak dengan air biasa atau air hangat
jangan di kompres degan air karena menyebabkan tubuh anak menjadi mengigil (
ngdrop)
5)
pada demam tinggi anak beri obat penrun panas
sesuai aturan petugas kesehatan, bidan , dokter seperti obat parasetamol
6)
usahakan tidur palai kelambu untuk menghindari
gugitan nyamuk
7)
bawa anak ke puskesmas jika anak demam tidak
turun selam 2 hari
8)
pemberian nasihat tentang makan bergizi bagi
balita dan cra memasak makanan untuk balita.
Untuk
mempunyai anak yang sehat dan kuat maka kita selaku orang tua dan keluarga
harus bisa memberikan makanan yang dan bergizi.
Berikut
conto makan bergizi dan sehat bagi balita yang umurya kurang dari
2tahun(baduta) dan bahan bahan makananya :
·
Bubur Susu
Bahan bahan :
-
dua sendok makan tepung beras
-
dua sendok guka pasir
-
satu sendok makan susu bubuk
·
Nasi Tim Bayi
Bahan
bahan :
-
dua sendok makan peras beras
-
satu potong tempe, telur, kacang kacangan, cingcang
daging ayam dll
-
sayur sayuran hijau
-
2-3 gelas air , satu sendok mmiyak kelapa dan 2
sendok santan kental
-
Garam secukupya.
Hasil dari pemberian makanan sehat dan bergizi maka peningatan status gizi balita dimana indeks status
menunjukan peningkatan jumlah balita yang status gizi normal dari 33,8% menjadi
40,7% dan penurunan jumlah balita yang status gizi buruk dari 4,6% menjadi
3,8%.